Home
»
Opini
»
Proyek Terakhir Seorang Arsitek
Proyek Terakhir Seorang Arsitek
|
Foto: Doc Pribadi |
Nico Rahanra-Sebuah kisah, ada seorang arsitek yang bekerja di suatu perusahaan .
Setelah bertahun-tahun mengabdi pada perusahaan tersebut, si arsitek
karena sudah berusia cukup tua berencana untuk pensiun. Namun karena
dedikasi si arsitek tersebut kepada perusahaan amatlah tinggi dan
posisinya sangat penting di perusahaan tersebut, si manajer perusahaan
tidak mengizinkannya untuk pensiun.
Si Arsitek bersikeras untuk
tetap pensiun. Karena ia merasa sudah saatnya untuk pensiun. mengingat
usianya yang sudah lanjut, dan ingin segera manghabisi sisa hidupnya.
Akhirnya setelah berkali-kali membujuk si manajer, Si arsitek pun
mendapatkan izin untuk pensiun, dengan syarat ia harus mengerjakan
proyek istimewa yang diberikan oleh manajer.
Proyek istimewa
tersebut adalah ia harus merancang sebuah bangunan rumah di atas tanah
seluas 500m2 dengan dana yang akan disediakan oleh perusahaan. Jangka
waktu yang ditentukan adalah empat bulan lamanya.
“Baiklah saya
akan mengerjakan proyek tersebut. Bahkan saya akan mengerjakannya hanya
dalam waktu 2 bulan saja.” Ucap si arsitek tersebut.
Akhirnya si arsitek tersebut pun mulai mengerjakan proyek tersebut.
Ia membuat bangunannya hanya seluas seratus meter. Sisanya hanya ia biarkan saja menjadi halaman kosong.
“Untuk meminimal dana!” Pikirnya.
Bahan material bangunan tersebut ia gunakan yang kualitas tiganya.
Karena ia pikir proyek ini haruslah dibuat seminimal mungkin biayanya.
Agar perusahaan tidak banyak keluar dana. Perancangan keseluruhannya pun
bisa terbilang biasa saja. Hanya dikerjakan “sejadinya’.
“Toh,
ini hanya proyek biasa saja. Bukan proyek istimewa seperti yang
dikatakan. Hanya membangun rumah sederhana saja.” pikirnya.
Akhirnya dua bulan kemudian, rumah tersebut pun jadi. dari luar bangunan
rumah tersebut memang terlihat sangat istimewa. Namun bahan-bahan
bangunan yang digunakan adalah bahan-bahan kualitas rendah. Bukan
kualitas yang bagus.
Ia pun melapor kepada menajer
perusahaannya bahwa ia telah memyelesaikan pekerjaan yang disebut
“Proyek Istimewa” tersebut. Dan ia memohon diri untuk segera pensiun dan
berhenti bekera.
“Baiklah kamu boleh pensiun. Dan hari ini
kita akan mengadaan acara pelepasan kamu bersama seluruh staf dan
karyawan di perusahaan ini.” Ucap si manajer.
Akhirnya
berkumpulah seluruh staf dan karyawan perusahaan tersebut di sebuah
ruangan untuk mengadakan pelepasan si arsitek yang ingin pensiun itu.
“Saudara-saudara sekalian, hari ini arsitek senior kita ini akan
pensiun. Sebagai penghormatan perusahan atas jasa dan dedikasinya, maka
kami memberikan hadiah sebuah rumah yang baru saja ia dirikan.”
Seluruh hadirin pun bertepuk tangan. Namun si arsitek terbengong-bengong mendengar pernyataan manajernya itu.
“Kalau saja saya lebih lama mengerjakan proyek pembangunan rumah tersebut…..
Kalau saja saya membuat rumah tersebut lebih bagus lagi….
Kalau saja bahan bagunan yang saya gunakan adalah bahan-bahan kualitas terbaik….
Kalau saja saya mendirikan bangunan rumahnya lebih besar lagi….
Kalau saja saya …..
Kalau saja ……
Kalau saja…..”
Begitulah kehidupan di dunia ini. Hakikatnya apapun yang kita lakukan,
apa yang kita kerjakan, apa yang kita berikan akan kembali ke diri kita
sendiri. Semuanya akan bermanfaat dan berikan manfaat kepada diri kita
sendiri kelak, begitu pula dengan keburukan yang kita kerjakan . Apa
yang kita tabur, pasti akan kita tuai.
Oleh: Nico Rahanra (seorang Guru Di Yayasan Pelayanan Desa Terpadu) Pesat Papua.
Sumber : https://www.facebook.com/groups/anakpanahcintapapua/permalink/618006688231606/
seharusnya kita bisa bekerja dengan sepenuh hati...
BalasHapuscoba dia tahu rumah itu untuknya :D
yah, bener sekali.
BalasHapusitulah ilustrasi sangat bagus untuk kita, maka itu jika kita diberi tangging jawab entah itu tanggung jawab besar/kecil seharusnya kita mengerjakan dengan baik.,
trimakasih banyak untuk ilmu hidupnya
BalasHapusokk, makasih juga naii...
BalasHapus